Oleh : Alvian Ramadhani
Dalam praktek pendidikan khsusunya di sekolah umum, kita kerap kali menenumi anak-anak yang mengalami permasalahan belajar secara spesifik. Misalnya: tidak bisa membaca dan tidak bisa berhitung. Anak-anak seperti ini kerap kali mendapat stempel sebagai anak bodoh, karena kesulitan belajar anak biasanya berdampak pada prestasi belajar. Kadang anak-anak seperti ini sering kali tinggal kelas dikarenakan tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik.
Kita juga mengenal beberapa tokoh dunia yang mengalami kesulitan belajar spesifik, seperti: Thomas Edison yang saat kecil disebut abnormal dan terbelakang mental. Dalam diarinya dia bercerita tidak pernah bertahan lama di sekolah, selalu mendapatkan rangking bawah dan ayahnya pun memanggilnya si Bodoh. Seperti halnya Thomas Edison, Albert Einstein juga tidak mampu bicara sampai usia 3 tahun dan pada usia 7 tahun baru mampu menggabungkan kata. Gurunya mengatakan, “tidak ada yang special”. Albert mengalami kesulitan untuk menulis, bahkan sampai dewasa. Inilah contoh kisah ABBS (Anak Berkesulitan Belajar Spesifik).
Menurut Federal law atau hukum feder, istilah “kesulitan belajar spesifik” menerangkan semua anak yang mengalami gangguan pada satu atau lebih proses psikologis dasar yang melibatkan pemahaman atau bahasa, lisan atau tulisan di mana gangguan yang terjadi dapat termanifestasikan menjadi kemampuan yang tidak sempurna untuk mendengar, berfikir, berbicara, membaca, mengeja, atau mengerjakan perhitungan matematika.
Hasil riset yang dilakukan (Harwell, 2001) ditemukan beberapa penyebab kesulitan belajar, antara lain: faktor keturunan atau bawaan, prematur, gangguan semasa kehamilan dan saat melahirkan, janin tidak menerima cukup oksigen dan nutrisi, ibu merokok dan minum alcohol selama masa kehamilan, mendapat trauma pasca kelahiran, seperti: demam tinggi, trauma kepala, pernah tenggelam, pada masa anak-anak sering berhubungan dengan aluminium, arsenic, merkuri/raksa, dan neurotoksin.
Dampak kesulitan belajar yang paling mudah kita lihat dan temukan adalah dampak psikologis, seperti: kesulitan membaca, kesulitan berhitung, dan kesulitan belajar menulis. Minimnya wawasan orang tua tentang layanan bagi anak berkesulitan belajar spesifik dan kurangnya kasih sayang sering kali memperburuk kondisi anak. Yang terpenting dan perlu disadari oleh orang tua, guru dan masyarakat adalah tidak ada anak bodoh. Paradigma ini harus digunakan untuk pendekatan kepada anak berkesulitan belajar spesifik, sehingga orang tua, masyarakat dan juga guru akan bisa memberikan layanan yang tepat bagi anak.
sumber : disini
0 komentar:
Posting Komentar